Teras kos dekat Pak RT



Tunggu dulu....

Saat itu hampir setiap pagi kita bertemu, ia selalu terburu-buru dengan sarapan yang terkadang tidak pernah dihabiskan. Di atas meja itu kita menjelma seperti langit yang diselimuti kabut, kita tidak bisa bercerita apa-apa selain kalimat "aku harus segera berangkat"

Satu dua kali kita beradu mata. Aku ingin melihat dirinya tersenyum seperti matahari pagi yang menenangkan. Namun itu hanyalah sebuah khayalan, mana mungkin kita yang tidak tahu menahu memiliki keinginan yang seintim itu.

Tunggu dulu, keras kepala kembali mengalahkan logika. Demi memperjelas makna perasaan, aku memilih menunggunya setiap pagi. Karena itu adalah saat-saat yang menyenangkan dan begitu berdebarnya. Aku rasa misteri ini akan terpecahkan jika aku sering melihatnya setiap hari.

Di sela-sela kebahagiaan, terbesit pertanyaan apa bisa senyumnya yang pelik berubah menjadi senyum yang seperti matahari pagi yang menyenangkan. Pertanyaan itu selalu menyimpan jawaban yang menyeramkan.

...

Cuaca di pagi itu tampaknya tak begitu bersahabat, langit dengan segala isinya sedikit menumpahkan benih-benih air yang disebut gerimis. Sambil menunggu seseorang yang selalu tegesa-gesa menghabiskan sarapannya di ruang depan, aku pikir ini adalah saat-saat yang tepat untuk menuliskan puisi tentangnya.

Apa tersesat, apakah diculik? setelah satu jam menunggu tak sedikitpun dirinya keluar dari pintu kos. Hati kembali resah ketika menantikan dirinya yang tak kunjung datang. 

Setiap malam aku mengobati kerinduanku dengan memandangi langit. Setelah ku dengar bisik-bisik dari tetangga sebelah ternyata ia telah kembali di kampung halaman yang jauh disana.

Hujan dikota ku turun begitu deras.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUTORIAL MEMBUAT APLIKASI "SENANG MENGERJAKAN PR"

Rumah dan kehangatannya