Kelam Rindu Ramadhan






Sepanjang jalan kau selalu disana, gelap gulita tanpa sebuah cahaya yang menerangi hati. Mungkin dirnya tak pernah tau bagimana rasanya mencintai sang ilahi. Bulan yang selalu dinanti, pahala yang selalu dicari, pintu surga yang terbuka dan setan yang terbelenggu.

Malam itu dia benar-benar dalam dunia yang kelam, disudut kota berkelana tanpa sebuah adab dan norma, sebut saja namanya inem. Gadis cantik dan lugu menjadi ornamen di sepanjang jalan dengan gaya eksotisnya. Semakin malam jalanan itu sepi, lalu lalang kendaraan jarang ditemui mungkin hanya satu dua kali. Inem duduk dipinggir jalan mengusap kedua lengan dengan telapak tangan. Hawa dingin menyelimuti tubuhnya hingga pakaian tipis menjadi selimutnya sampai pada akhirnya tak disadari gerimis bersama angin barat turun menambah dinginya malam itu.

Dalam sisi yang berbeda tepat diseberang jalan seorang pria menatap tajam membidik seorang wanita berpakain sexy duduk di pinggir jalan pasar kembang, langkahnya semakin mendekat pandanganya mulai focus pada tubuh inem yang membuatnya semakin bernafsu. Sementara disatu sisi Inem merasakan hawa yang berbeda, seperti ada yang menghampiri. Pria tampan yang sedang menyebrang dengan pakaian yang rapi layaknya konglomerat dari luar negeri.

“kok sendirian aja neng?” Pria itu membuka sebuah interaksi dengan nada datar “kan ditemenin masnya” jawab inem kepada pria yang baru dikenalinya itu.

Inem memang pandai menggoda tak sedikit pria berhasil luluh dirayunya, tak sedikit juga uang yang berhasil dia dapatkan dari pria hidung belang yang datang di sepanjang jalan pasar kembang. Tak heran jika untuk menarik perhatian para pria Inem selalu memakai baju yang bisa dikatakan tidak layak untuk disebut baju, entah apa itu?
“neng temenin abang yuk”
“kemana mas”
“ikut pokonya” Inem menuruti bujuk rayu pria itu sehingga dibawanya kesuatu tempat jauh dari pasar kembang dengan mobil yang telah diparkir disudut jalan.



Klek
Pria tersebut membuka pintu menyilahkan inem masuk dikursi depan lalu menutupnya. Sementara disatu sisi pria tersebut berlari membuka pintu sebelah kanan sambil merogoh saku celana mencari kunci.



J

Jalanan sepi membuat mobil yang dikendarai pria itu melaju kencang, sementara didalam mobil inem menunjukkan tingkah yang tidak wajar membangkitkan sebuah birahi seorang pria pada umumnya.

Pria itu tidak menghentikan mobilnya, kakinya semakin mendalam memijak tangkal gas yang membuat mobil melaju semakin kencang.
"Jangan kencang-kencang mas, aku takut" desah inem pada pria yang menatap tajam aspal jalan.
"Sudahlah kita akan segera sampai dan bersenang-senang" pria tersebut membujuk Inem yang membuatnya tertunduk.

Waktu semakin berlalu beriringan dengan kecepatan mobil yang tak terkendali saking cepatnya, kini mereka telah sampai disuatu tempat yang sepi tanpa sebuah cahaya lampu rumah-rumah. Hanya saja pandangan Inem tertuju pada sebuah cahaya di ujung barat yang bersinar benderang membuat tatapan mata fokus melihatnya. Dia mulai berfikir tentang tempat yang tak asing itu, lama tak berkunjung ditempat yang membuat semua orang tertunduk takut atas kekuasaan sang penguasa.

"Mas kenapa mengajakku kesini" dengan nada yang sedikit rendah menyayup-nyayup, nampaknya pria tersebut berbeda jika dibandingkan pria-pria yang ditemui seperti biasa. Jika pria lain mengajaknya ditempat-tempat penginapan seperti di hotel ataupun losmen pria tersebut malah mengajak ke masjid. Entah apa tujuannya Inem menanti sebuah jawaban.

“Jadi, kapan terakhir kamu kesini?” mengabaikan pertanyaan yang terlontar dari diri Inem tadi dan kini hadir sebuah tanya yang membuat Inem terdiam memikirkan kapan terakhir kali datang kesini, mungkin 5 tahun ataukah 10 tahun yang lalu sedangkan kini dia sudah mengijak umur yang ke 20 tahun. Wanita dewasa yang sedang berbunga harus terjun di dalam lingkungan yang seharusnya tak pantas untuk dikunjungi.

Inem tak menjawab pertanyaan itu, malu dengan sebuah jawaban dan  penasaran dengan sosok pria yang mengajaknya ke tempat itu. Nampaknya perlahan walaupun remang-remang ingatan Inem sedikit mencerah, dia merasa bahwa pernah mengenal sosok pria tersebut hanya saja dia lupa 10 tahun yang lalu dia memutuskan untuk melupakan semua hal yang pernah terjadi dalam hidupnya, termasuk tempat itu.

“heiii kenapa bengong?” sahut pria tersebut kepada Inem yang kebetulan sedang asik dengan dunia imajinasinya.  
Inem kembali diam……
“heiii apa kau tak mengenalku?”
“ingatkah kau tempat ini, tempat dimana kita sering belajar mengaji. Apa yang membuat kamu pergi dari sini dan memilih tempat itu?”
Inem menangis, ingatanya kembali menormal….

Teman kecil yang mengingatkan semua masa lalunya yang cerah tak sekelam ini, pria tersebut meminta Inem untuk kembali dijalan yang dulu pernah dilaluinya dan meninggalkan semua kehidupan kelam sebagai PSK.

Inem mulai menceritakan sebuah alasan mengapa dirinya memilih untuk pergi dari rumah dan memilih menjauh, bahkan malah mengikuti sebuah kehidupan gelap dimalam hari yang tentunya keluar dari ajaran agama yang telah diperolehnya dulu ketika belajar di TPA.

“Kamu andi?” mendengar ingatan Inem yang mulai kembali, pria tersebut mengangguk dan tersenyum

Sebuah perceraian kedua orang tua membuat Inem memilih sebuah kehidupan baru, semenjak perceraian itu dia tinggal bersama ayahnya disuatu desa yang tak jauh dengan tempat tinggalnya dulu. Pada awalnya kehidupan mereka biasa-biasa saja bahkan bisa dikatakan harmonis, hingga pada akhirnya sosok ayah yang menemukan pendamping baru yang membuat Inem tak dipedulikan lagi bahkan tega mengirim Inem menuju suatu pekerjaan yang pilu, menjajakan tubuhnya sebagai pemuas nafsu belaka.

“Kamu kenapa tak mencoba lari dari pekerjaan itu?” sebuah tanya yang membuat inem semakin tak mampu menahan air mata bahkan emosinya yang menaik.



“HIDUPKU TELAH MATI BERSAMA HARAPANKU”
Penyataan yang membuat Andi bersimpati terhadap keadaan Inem kini, dia mengajarkan suatu hal kepada Inem gadis lugu yang cantik itu. Kehidupan itu dapat kita ibaratkan sebagai air sungai yang mengair, terkadang air itu bersih namun terkadang juga ternoda. Hal paling penting dalam kehidupan ini adalah bagaimana kita bisa bertahan ditengah-tengah noda yang terus menggenang dan percayalah semua itu akan terlewati. Hidupmu akan lebih baik dari ini, mungkin besok atau lusa kesucian akan menjiwa.

Andi mengajaknya untuk menjadi Inem yang dulu, keluar dari pekerjaan yang kotor itu. Mungkin akan banyak yang mengucilkan esok, tapi tetaplah tegar kuyakin kau pasti bisa. Acuhkan orang-orang yang mengatkanmu sebagai wanita yang hina, kotor dan sebaginya. Ketahuilah dirimu bermakna, tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Percayalah….

Inem mengangguk, menagis menyesali semua perbuatan yang dilakukanya, dan Andi pun mencoba menguatkan “sudahlah tak ada artinya menyesali semua hal yang telah terjadi” waktu demi waktu berjalan kehidupan pun juga harus berjalan kamu tidak mungkin hanya diam disini menyesali sebuah kesalahan semua harus ada perubahan…

“Mandilah sana nem, bersucilah setelah itu kita sholat tahajut dan sahur bersama”
RAMADHAN yang penuh berkah menyadarkan seseorang akan sebuah kesalahan yang pernah dilakukan, mungkin ramadhan ini adalah langkah awal Inem memulai harinya yang baru menuju suatu tujuan yang lebih fitri dikemudian harinya..
J

SAHUR…..SAHUR…..SAHUR

Suara warga melengking masuk kedalam telinga, suara tabuhan ember memeriahkan pagi itu. Membangunkan jiwa yang tengah lelap tidur. Andi mengambil sepasang roti yang ada didalam bagasi mobil untuk diberikan kepada Inem.
“Jangan lupa baca basmallah”
“iya, makasih andi”
“semoga istikomah menjalankan semua aktivitas diramadhan ini dan hari selanjutnya”

J

Tuhan memberikan jalan kepada kita dalam bentuk yang tak sama, terkadang dikehidupan yang kita jalani dengan mudah kita dapat menempuhnya tapi kadang manusia juga menjalani hal yang liku, seperti halnya yang dilalui Inem permasalahan didalam keluarga membawanya kedalam jalan yang sesat, tetapi disatu sisi tuhan mengutus manusia sebagai penyadar dalam hidup kita. Tuhan memang tak dapat ditebak karena dia berhak mengatur scenario atas kehendaknya, tapi ada satu hal yang perlu kalian tahu ketika kamu berada diposisi INEM


“Nggak Masalah Dosa Yang Telah Kamu Lewati Sebanyak Apapun, Karena Masa Depan Kamu Masih Suci”

Dijaga Ya….
Okay
J
Thanks to AMALIA OKTA for your quotes yesterday
28-02-2020

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUTORIAL MEMBUAT APLIKASI "SENANG MENGERJAKAN PR"

Teras kos dekat Pak RT

Rumah dan kehangatannya