MUSTIKA
Cerita sebelumnya https://chrissetiawan.blogspot.com/2020/02/prolog-yogyakarta-2019-perjalanan-yang.html
Mustika
bersambung....
Mustika
Bus kota mengantar
Joshua kembali, Trans Jogja telah menyapa Joshua yang duduk sendiri di halte
UIN Sunan Kalijaga. Dinginnya AC meredakan emosi yang berkobar dikampus tadi,
perihnya tamparan hingga membuat pipinya memerah berangsur-angsur normal.
Hatinya mulai mereda, udara dingin dalam bus kota memang menenangkan jiwa.
Kurir yang ramah sampai membuat semua penumpang mengangguk-angguk tak ingin
turun, gagah seperti raksasa tampan seperti romeo auranya masuk kedalam tubuh
kurir, sampai-sampai wanita paruh baya juga terpesona.
Waktu telah berlalu
bus kota telah mengantar Joshua sampai di Terminal Jombor, artinya Joshua harus
berganti bus supaya sampai di Magelang.
"Magelang,
Magelang, Magelang"
Teriakan kenek sopir
bus ketika mencari penumpang, perhatikan Joshua tertuju pada suara itu dan Bus
besar yang panjangnya mirip kereta.
"Mau kemana
mas?" tanya kenek itu kepada Joshua yang bengong dan terlihat bingung,
ekspresi Joshua mengisyaratkan kalau dia baru pertama kali berkunjung di tempat
ini.
"Magelang
Pak" terang Joshua kembali,
"sini mas"
"okay"
Langkah jushua menuju kedalam bus itu, suasana tak seperti bus kota yang
mengantarkanya tadi. Kondisi jauh berubah emosi yang mulai mereda nampaknya
mulai naik lagi. Joshua mencari tempat kosong satu persatu bangku diamatinya
hingga dia menemukan satu bangku yang masih kosong. "Beruntungnya aku
masih dapat kursi" Joshua.
Langkah Joshua
semakin tertuju dikursi itu bahkan semakin mendekat, tatapanya tertuju kepada
perempuan berkacamata yang mengenakan masker. Mirip dengan wanita yang
menamparnya tadi "tapi kayaknya nggak mungkin deh" Joshua seolah tak
percaya jika dia memang dia yang ada dipikirannya. Jilbab merah bermasker biru
toska persis sekali, Joshua kembali mengelak "mungkin pakaiannya memang pasaran"
Semakin mendekat,
prok prok prok sepatu PDH yang dipakainya membuat suara langkah sangat jelas
untuk didengar. "eh kamu lagi" wanita berkacamata itu menyapa Joshua
yang sudah ada didepannya. "Lah kok kamu?" wanita itu tak menjawab
pertanyaan Joshua, mereka hanya diam asyik dengan dunia masing-masing. Waktu
seolah berhenti, jam dinding juga tak bernyanyi dentunam jantung berdegup
cepat.
"Masker....masker...masker
ayo bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian kini telah hadir masker sehat, bebas
polusi udara.. murah meriah lima ribu
saja" suara penjual masker yang seolah membangunkan mereka dalam alam
mimpi. Mereka saling mengedipkan mata tanda bahwa tatapan mereka telah
berakhir.
Joshua menengok
kanan dan kirinya berharap ada kursi kosong yang tersisa namun sayang tak ditemui
apa yang dicarinya sehingga mau tidak mau dia harus duduk di sebelah wanita
berkacamata hitam itu.
"Sini mas"
ujar wanita itu kepada Joshua yang waktu itu masih saja menengok samping kanan
kirinya padahal jelas-jelas semua kursi telah diisi penumpang. Joshua
menganggukan kepalanya dan duduk disebelah wanita itu.
"Mas kita belom
kenalan lho" wanita itu tersenyum sambil menatap Joshua yang masih saja
bengong.
"oh nama aku
Joshua, dari Magelang" Joshua gagap memperkenalkan diri kepada wanita itu,
padahal wanita itu sudah mau membuka pembicaraan. Dia juga memperkenalkan
dirinya kepada Joshua, namanya Sofia dari Solo.
"Lho lho kamu
dari Solo kok naik bus arah Magelang?" tanya Joshua yang heran dan
kebingungan mengetahui keberadaan Sofia disini. Sofia kembali menatap Joshua,
tatapanya tertuju kepada bola mata dan alis Joshua, bibirnya perlahan terbuka
menandakan kata-kata akan keluar dari mulutnya "aku mau ke Candi
Borobudur" terang Sofia kepadanya. Joshua mengangguk sambil membenarkan
posisi duduk tidak sengaja mereka sudah saling menempel seperti teman lama dan
akrab.
Suasana bus yang
panas seolah terasa dingin, obrolan singkat menenangkan hati. Joshua seolah tak
percaya melihat wanita yang terlihat galak waktu dikampus itu kini datang
menyapanya kembali. Dalam bus tua yang mulai rapuh, mustika gagah kau melaju.
Hari ini terasa
panjang bagi Joshua mulai dari kesialan yang menimpa sampai ketenangan hati
ketika bersama sofia. Mustika telah melaju dengan cepatnya, kini mereka telah
sampai di terminal Muntilan. Penumpang turun dengan barang bawaannya termasuk
mereka yang mulai mempersiapkan diri untuk turun.
"Joshua rumah
kamu ada disebelah mana?" tanya Sofia dengan wajah memelasnya. "Ada
di Utara terminal sof" terang Joshua kepada Sofia yang terlihat bingung
dengan lokasi terminal ini. Sofia mengangguk lalu melihat kanan kirinya tak ada
satupun orang yang dikenakannya, pandangannya tertuju kepada pria berambut
gondrong dan bertato yang ada di sudut Selatan. "Joshua aku takut"
wajah Sofia semakin memelas dan panik dengan kondisi di terminal itu, Joshua
menenangkan Sofia dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang seperti
adiknya sendiri, bibir Joshua terucap sudahlah tenangkan dirimu dia baik kok.
"Kamu ikut aku
yok ke Candi Borobudur, plisss !"
Sofia meminta Joshua
untuk mengikutinya ke candi Borobudur, Joshua kembali menatap wajah Sofia yang
memelas dan ketakutan. Joshua tak tahan melihatnya, akhirnya dia menganggukkan
kepala tanda bahwa dia mau ikut yang membuat wajah Sofia berseri kembali.
Mereka masuk kedalam
bus mencari tempat duduk yang kosong, sayang sekali tak ada satupun kursi yang
kosong. Ingin turun tapi tak ada waktu untuk itu, bus selanjutnya datang 30
menit lagi sementara wajah Sofia sudah tak sabar ingin segera sampai tujuan.
Joshua dan Sofia
berdiri bersama puluhan penumpang lainnya, "kamu ngga apa-apa kan berdiri
sof?" dia tersenyum mengangguk "gapapa yang penting sampe
tujuan" terang Sofia kepada Joshua. Susana sunyi Joshua asik dengan
handphonenya sementara Sofia asik berkhayal tentang candi Borobudur.
Bus kota
mengantarkannya kembali, Borobudur tujuan yang dinanti. Nampak Joshua dan Sofia
berdiri didalam bus, tak ada satupun pegangan yang diraihnya. Semua tempat
telah direbut orang banyak. Tak henti-henti tubuh mereka sering berbenturan,
alur perjalanan tidak stabil. Padatnya kendaraan membuat laju tak semestinya,
Sofia hampir terjatuh karenanya beruntung saja Joshua sigap menahannya.
Berdebar rasa didada perjalanan ini membuat perasaan tidak karuan, hati Joshua
riuh diterpa badai bertubi-tubi.
"Ya tuhan perasaan ku tak karuan",
terang joshua
Jantung Joshua bekerja lebih keras dari
biasanya, dag Dig dug semakin cepat. Sofia mencoba meraih tangan Joshua yang
mungil, digenggamnya erat seolah tak ingin dilepaskanya. Jantung Joshua makin
tak karuan melihat Sofia yang seagresif ini. Joshua mencoba melepas genggaman
itu namun selalu dihalangi "Jangan dilepas aku takut sendiri, jangan
pergi" pintanya.
Hawa dingin yang ada di tangannya kini mulai
hangat, genggaman tangan Sofia seolah menetralkan membuat kedua insan ini diam
dalam dimensinya. Kini Joshua mulai tenang begitu juga dengan arus lalu lintas
dijalan yang berangsur-angsur luang hingga tak disadari Bus kota telah
mengantarkannya sampai di Borobudur.
Kaki menginjak ditanah jawa, untuk pertama kalinya Sofia melihat
langsung candi Borobudur langsung dari bola matanya, pucuk candi terlihat jelas
dari jalan raya. Loket masuk segera dijumpa. Sofia berseri tak henti-henti
tersenyum kepada Joshua, dia seolah tak percaya kini dia telah berada di depan
candi. Puluhan meter telah menanti kedatangan mereka, dslr disiapkan dari
tempat persembunyiannya untuk menangkap momen mereka berdua
Tit....tit...tit
Komentar
Posting Komentar