Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

ANTOLOGI PART 1: SEBELUM SESUATU ITU TERJADI

Sebelum sesuatu itu terjadi GERIMIS   Setelah badai, kota ku bukan sedang berwarna mejikuhibiniu. Kali ini cukup gerimis saja yang datang. Aku tidak peduli apakah langit kembali abu, pikirku sedikit tenang saja itu sudah cukup melegakan.   Ternyata semesta sedang menuntunku untuk merubah jalan hidupku selamanya. Binar matamu yang mengisyaratkan kedamaian perlahan menyembuhkan luka yang terlanjur parah.   Kau adalah pagi, karenamu aku belajar bersinar. Dan, kamu adalah sejarah terindah yang membuatku harus kembali belajar.     TABULA RASA   Pernahkah kau merasa bahwa dunia mu hampa? Saat hari-hari mu berwarna putih Tanpa sedikitpun tinta yang kertas yang memutih.   Untukmu, cobalah melepas keruang bebas Membuka jalan yang tak biasa kau lalui Dengan begitu kau akan menjadi manusia sejati PENUH WARNA Namun tetaplah berhati-hati ! Jika kau tak ingin tersesat tanpa jalan kembali.   BIAS Terlihat seperti ada yang melambai saat sembu

CERPEN 2020: AFIRMASI PAGI DAN KAMU

  AFIRMASI PAGI DAN KAMU Sore itu senja mulai meredup, tarian ilalang berbanjar layaknya tarian saman. Putra termenung sepi di gubuk sawah memandang senja mulai memerah dengan sejuta keindahan siluet membentuk bayang-bayang di atap langit yang tak membiru lagi. Kala itu nampak hati yang patah diterjang angin sore yang membabi buta tak dapat terhindarkan membawa sebuah keputusasaan. “Maju tak gentar” seolah terabaikan, sebuah lagu yang berkobar harusnya dinyanyikan dengan suara yang lantang, kini sunyi layu dalam   tanah yang tandus. Sungguh malang melihat senja yang menolak tertawa menyembunyikan sebuah lara yang dibawanya pergi bersama malam yang gulita. “Sudahlah semua akan segera berlalu” sebuah doa terlontar melalui bibirnya seolah memihak lupa atas segala resah yang menyayat nada dan melodi yang masuk kedalam gendang telinga. Kegalauan ini berawal ketika Putra menjalankan aktivitas di kampusnya, pergaulan yang tak sekental daun dan ranting yang selalu bersama sepanjang har

PELANGI

Gambar
Hampir setahun yang lalu, mungkin dipermulaan bulan Mei turun hujan yang begitu deras. Kita memilih abai, melangkah tanpa henti. Riuh hujan dan motor tua itu melangkah begitu hebatnya, melaju melawan hujan yang dingin. Ditengah ramainya hujan yang mengeroyok ku dan dirinya, ada secuil kehangatan yang terpancar dari sebuah pelukan. "Mungkin ia sedang berlindung" pikirku. Tidak ada maksud untuk tersenyum pada langit yang sedang bersedih, namun hari ini aku ingin berterimakasih kepada langit yang telah memberikan waktu agar aku dan dirinya dapat sedekat ini. Selang waktu berlalu, hujan berangsur mereda. Ia yang awalnya tak mengucapkan satu katapun, akhirnya bersuara. Ia menceritakan kisah menarik yang sedang ia rasakan. Ditengah hujan yang tinggal sedikit ia menjulurkan tangannya untuk kemudian menangkap tetesan sisa-sisa air yang ada. "Lihatlah pelangi diatas sana !" ucapku Sontak ia terkagum memandang langit, ia bermula abu dan berakhir pelangi. Kuharap kita akan sep

Teras kos dekat Pak RT

Gambar
Tunggu dulu.... Saat itu hampir setiap pagi kita bertemu, ia selalu terburu-buru dengan sarapan yang terkadang tidak pernah dihabiskan. Di atas meja itu kita menjelma seperti langit yang diselimuti kabut, kita tidak bisa bercerita apa-apa selain kalimat "aku harus segera berangkat" Satu dua kali kita beradu mata. Aku ingin melihat dirinya tersenyum seperti matahari pagi yang menenangkan. Namun itu hanyalah sebuah khayalan, mana mungkin kita yang tidak tahu menahu memiliki keinginan yang seintim itu. Tunggu dulu, keras kepala kembali mengalahkan logika. Demi memperjelas makna perasaan, aku memilih menunggunya setiap pagi. Karena itu adalah saat-saat yang menyenangkan dan begitu berdebarnya. Aku rasa misteri ini akan terpecahkan jika aku sering melihatnya setiap hari. Di sela-sela kebahagiaan, terbesit pertanyaan apa bisa senyumnya yang pelik berubah menjadi senyum yang seperti matahari pagi yang menyenangkan. Pertanyaan itu selalu menyimpan jawaban yang menyeramkan. ... Cuaca