Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Harus dengan cara apa lagi tulisan ini berbicara?

Teruntuk kau yang aku kagumi, dalam hening ataupun diam. Teruntuk kau yang menjadi alasan mengapa aku harus terus menulis. Dan, teruntuk dirimu yang selalu berenang dikepala. Harus dengan cara apalagi ku gambarkan dirimu dalam kata. Dengan pagi? Senja? Hujan? ataupun malam? Dengan cara apapun itu, dengan penuh penghayatan tulisan ini terkhusus untuk seseorang yang spesial. Dirimu. Aku adalah aku yang tidak akan pernah tau bagaimana caranya mencintaimu seperti kebanyakan orang. Membawakan bunga, cokelat ataupun sesuatu yang membuatmu senang. Aku juga bukan orang yang mahir dalam berkata-kata didepanmu. Juga, mungkin bukanlah seseorang yang bisa menyenangkanmu dengan kemewahan. Namun, aku hanyalah aku yang ingin membuatmu bahagia dengan caraku. Dengan cara yang tak seperti kebanyakan orang. Dalam diam. Mungkin juga dengan cara sedehana itu aku ingin membuatmu nyaman, ingin bertindak bukan berpihak pada kata-kata yang tak berealita. Bagiku, menyayangimu itu seperti waktu. Tiada henti. Ter

Seseorang yang tidak romantis

Hidup membentukku menjadi rumit. Layaknya teka-teki yang meluap di ujung ubun-ubun. Namun, dengan cara yang sederhana itu ia mampu membuatku satu langkah menjadi lebih baik. Semua hal yang terasa panik jika dilakukan, namun ia bisikkan dengan tenang. Bahkan sesuatu yang nominalnya ganjil, ia lengkapi dengan makna yang berharga.  Sebelum penghujan tak terlihat di kedua matanya. Ada matahari sore yang begitu sejuk tuk dinikmati. Juga, ada kelancangan yang membuat jantungku berdebar keras. Meski begitu, terkadang benakku selalu dipenuhi dengan pertanyaan akan musimnya yang terlalu dingin. Ia bukanlah seseorang yang romantis. Perhatianpun tidak. Cuek dan terlalu keras kepala.  Aku pikir romantis dan perhatian, bukanlah kata yang tepat untuk disandangkannya. Ia bukanlah seseorang yang sering mengingatkan makan, shalat, ataupun ungkapan-uangkapan kasih sayang lainnya. Tapi, itu yang aku suka darinya. Ia tahu aku bukanlah anak kecil lagi yang harus berulangkali diingatkan untuk menunaikan kew

Turunkan egomu sejenak

Gambar
Beberapa orang terlihat memilih berdiskusi, sementara beberapa lainnya tengah menikmati secangkir kopi panas di ruang imajinasi. Suasana kedai sedang ramai dan dibumbui iringan akustik yang menambah asiknya suasana kedai saat purnama. Namun, tidak berlaku untuk Ana yang duduk seorang diri menyeduh minuman kesukaannya sambil melamun didepan laptopnya. "Ada yang bisa kami bantu kak?" seorang waiters kedai terlihat menghampiri Ana yang tak berarah, namun ia tidak merespon. Sesaat waiters tersebut menjauh dari bangku tempat Ana menikmati minuman kesukaannya. Ana semakin hening, ada beberapa hal yang ia pikirkan. Seseorang yang datang dihidupnya saat ia tak lagi percaya pada sebuah komitmen. Perjalanan hidup membuat kehidupan Ana terlihat rumit, masa lalu dan hal-hal yang membuat isi kepalanya ingin meledak seolah membuatnya tak lagi percaya akan hal itu. Kamu datang disaat hal-hal buruk itu terjadi, namun diatas motor tua itu mengapa ada debar yang begitu berbahaya. Debar yang me

Setelah dua tahun berlalu

“Ya. Sudah lama aku tidak pernah melihat sinarnya memeluk semesta” Aku rindu kemarau seperti aku merindukannya. Sinarnya yang hangat mungkin tak nampak disini. Awan menggantung dan menggelap menyembunyikan sekelumit derita.  Menurut desas-desus yang kudengar, ia pergi kesuatu pulau untuk bertarung. Disuatu tempat yang tersembunyi yang mungkin sedikit menyimpan pesona alam di tempatnya. Itu adalah tempat perjuangannya.  Selepas ia pergi secercah harap memeluk penantian, hingga dua tahun berlalu tak jua berkabar. Adakah aku dimemorinya?  Aku selalu meminta keterangan dari rekan-rekannya terkait hal ini. Namun, seperti biasa mereka hanya memintaku untuk bersabar. Hingga satu minggu berlalu melesat bagai peluru. Sesuatu datang, yang membangunkanku dari lelapnya malam. Ada teriakan histeris hingga hujan membasahi pipi seusai berkabar. “Berhenti berharap untuk sesuatu yang tidak akan pernah kembali” sesekali ku coba menyeka air mata sosok penyayang yang baru saja kehilangan tulang punggungny